Cara Membuat Bunga Kering Oshibana.
Penulis: Ade Surya Tawalapi
Pengedit: Afifah Farida Jufri
S
UDAH BEBERAPA Waktu
tanaman rente di kebun Sayurankita bermekaran. Ada melati, mawar, wijayakusuma,
rain lily, krokot,
ruellia
dan
euphorbia. Setiap melihat rente-bunga ini, mau tidak mau, aku pasti akan teringat riuk suatu hobi Afifah, adalah membuat
oshibana. Karena penasaran, kesannya aku mencoba mengorek pengetahuan Afifah akan halnya
oshibana
itu, serentak membantunya menyusun anak uang-rente tersebut.
Dari penjelasan Afifah, aku baru mengetahui segala nan disebut
Oshibana. Sejauh ini aku hanya luang
oshibana
andai pekerjaan seni yang meletihkan, karena menyusun bunga-bunga kering yang ukurannya bisa sangat katai dan halus. Aku juga sudah tahu bahwa
oshibana
berasal bersumber Jepang. Doang, secara deskriptif, Afifah menyebutkan bahwa
oshibana
merupakan seni merangkai bunga pengempa. Disebut “bunga pengempa” karena dalam proses pembuatannya dilakukan pengepresan kerjakan mengademkan kadar air pada anakan-bunga. Harapan mengademkan kodrat air ini adalah bagi membuat bunga tersebut gersang sempurna sehingga dapat berkeras hati lama (lain membusuk).
Selain
oshibana, Afifah juga menjuluki perkenalan awal “herbarium”. Aku ingat, saat Afifah residensi di Merica, ia dan bandingan-teman Pasirputih membuat proyek seni, riuk satunya
herbarium
(lihat: Herbarium Gili Meno). Menurut Afifah,
oshibana
dan herbarium adalah dua kejadian yang sepadan, terutama n domestik keadaan pembuatannya. Secara proses, keduanya menggunakan teknik pengepresan, kemudian ditempel pada kertas. Perbedaannya hanya pada kegunaannya. Sekiranya
oshibana
berfungsi ibarat karya seni, herbarium justru berfungsi sebagai wahana studi. Sahaja, berdasarkan cerita Afifah, Zikri pernah menyebutkan bahwa herbarium laksana media penelitian kembali tetap termasuk karya seni.
Karena aku masih penasaran, usai mendukung Afifah memformulasikan dan menyimpan bahan untuk
oshibana
di bawah kasur, aku pun mencari tahu bertambah lanjut tentang kedua karya seni tersebut. Informasi yang kudapatkan bukan jauh selisih pecah penjelasan Afifah.
Dari situs salah sendiri artis
oshibana
dasar Khabarovsk, Rusia, bernama Natalia Kishigami, aku mengetahui bahwa
oshibana
lain hanya memanfaatkan bunga, melainkan juga dedaunan dan batang. Lega dasarnya,
oshibana
memanfaatkan keseluruhan adegan sreg bunga, yakni kelopak, mahkota, untai sari dan putik, serta daun dan batang, sesuai kebutuhan. Fragmen-bagian tersebut dimanfaatkan sebagai pengganti “pewarna” pada sebuah rencana atau sketsa dengan tujuan menaik nilai artistiknya.[1]
Natalia lagi menyebutkan bahwa
Oshibana
telah hadir sejak abad ke-16. Dalam bilang artikel lain dikatakan pada mulanya
oshibana
diperuntukkan untuk laki-laki. Sebab, pada abad ke-16 tersebut,
oshibana
menjadi salah satu syarat cak bagi menjadi prajurit samurai. Plong tahun itu, para tamtama diminta mewujudkan
oshibana
buat melihat kesabaran, konsentrasi dan keharmonisannya sreg alam. Selanjutnya, kesenian ini berangkat digemari kaum perempuan. Lambat laun,
oshibana
mulai menyerak ke negara-negara Eropa dan Amerika melalui perdagangan. Plong waktu 1890-an sampai abad ke-20, kesenian
oshibana
menjadi salah satu suvenir terkenal di dunia.[2]
Menurut Natalia, ada bilang tahap yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil
oshibana
nan diinginkan. Mula-mula, kita harus mengidas tanaman yang akan kita gunakan. Pemilahan pohon ini juga harus mengamati musim yang tepat, agar mendapatkan onderdil warna dan tekstur yang tepat pula. Selanjutnya, dilakukan pengepresan. Ada bilang teknik pengepresan anakan dan pokok kayu untuk
oshibana. Namun, teknik yang umum digunakan ialah dengan cara mengekspresikan rente-anak uang dan dedaunan dalam sepuhan kertas maupun koran. Kemudian ditutup, dan diletakkan di radiks benda pelik, seperti tumpukan anak kunci atau kasur. Selain membutuhkan waktu, proses pengepresan ini lagi membutuhkan keterampilan dan pengalaman. Jika mengangankan hasil yang lebih maksimal, dibutuhkan juga beberapa bahan atau instrumen tertentu, seperti salah satunya kertas istimewa pengepresan, ialah
desiccant peppers.
Kertas ini punya kemampuan untuk mempertahankan warna alami puas bunga dan dedaunan.
“Moonwalker” karya Natalia Kishigami. Arsip: artfloreo.com
target-korban nan digunakan untuk membuat oshibana “Moonwalker” karya Natalia Kishigami. Arsip: artfloreo.com
Waktu yang digunakan bakal pengepresan beragam, tergantung jenis bunga dan tanamannya. Namun, umumnya pengepresan dilakukan selama invalid kian dua minggu. Sambil menunggu hasil pengepresan ini, kita bisa membuat sketsa sesuai yang kita inginkan. Umumnya, kertas yang digunakan adalah plano
washi, jeluang khas bagi
oshibana. Tetapi, kita tetap dapat menggunakan kertas HVS biasa alias plano
concord. Selanjutnya, kita tinggal menyusun hasil pengepresan lega sketsa tersebut.
Janjang-tahapan di atas, juga berperan dalam pembuatan herbarium. Bedanya, pada herbarium kita tak membutuhkan sketsa. Sama dengan yang dijelaskan Afifah, herbarium berfungsi bikin penggalian sehingga yang diutamakan adalah kepadatan informasinya. Bunga dan daun disusun sedemikian rupa seyogiannya dapat dipelajari karakterisik morfologi utamanya, yakni struktur anak uang dan patera. Jika pada
oshibana
kita dapat menyusun beragam jenis rente dan patera pada satu kertas, pada herbarium kita hanya dapat menyusun satu spesies pokok kayu. Apabila dibutuhkan, bagian tanaman nan disusun bisa adv amat acuan, seperti rente, patera, batang, bahkan akar.
Pada bagian bawah herbarium harus tersurat nama pohon, baik nama wilayah maupun nama ilmiahnya. Disertakan pun nama pembuat dan lokasi pembuatan. Selain itu, terdepan pula mengikat informasi terkait pohon. Bisa faktual klasifikasi ilmiah, morfologi, ki gua garba dan khasiat, sejarah kemunculan dan budidayanya. Situasi ini tersapu dengan fungsi herbarium umpama ki alat penggalian.
Encyclopedia Britannica
menyebutkan bahwa kegunaan herbarium ialah untuk memberikan informasi biogeografis yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan rentang sejarah tanaman, untuk menemukan spesies langka maupun terancam punah, alias bakal melacak ekspedisi penjelajah dan pengumpul pokok kayu (kolektor atau pembuat herbarium). Hasil bodi herbarium seorang juga menjadi sasaran penting untuk untuk analisis DNA dan penggalian palynologi.[3]
Baik
oshibana
maupun herbarium setimpal-sama bisa disimpan di museum atau universitas bagaikan bahan pendidikan dan penelitian. Namun, umumnya
oshibana
disimpan seorang maka dari itu senimannya sebagai koleksi pribadi, dijual umpama cinderamata atau dilelang pada kolektor seni. Tentatif, herbarium rata-rata disimpan di beberapa wadah solo sebagai halnya arboretum, bagaikan koleksi bersama. Keduanya sejajar-sama dapat didigitalisasikan buat mempermudah persebaran informasi simultan untuk pengarsipan.
Selama Afifah menekuni hobinya ini, aku tidak sedemikian itu mengkritik persamaan dan perbedaan
oshibana
dan herbarium. Aku pernah menyedang mempelajari menyusun tanaman tersebut bersama Afifah, saja aku lain tahu apa yang sedang kubuat itu. Barulah setelah mengerti perbedaan antara
oshibana
dan herbarium ini, aku mengingat-ingat bahwa yang kubuat tahun itu adalah
oshibana.***
[Bacaan] [1] Kishigami, Natalia. 2013-2018.
Oshibana.
Art Floreo (http://www.artfloreo.com/oshibana.html diakses sreg 25 April 2019) [2] Telesco, Patricia. 2017.
The History of Pressed Flowers. Garden-Guides.com (https://www.gardenguides.com/130787-history-pressed-flowers.html di akal masuk pada 25 April 2019) [3] Petruzello, Melissa. 2017.
Herbarium, Botanical Collection.
Encyclopedia Britannica. (https://www.britannica.com/science/herbarium-botany diakses pada 25 April 2019) [4] Wikipedia. Herbarium. (https://en.wikipedia.org/wiki/Oshibana diakses pada 25 April 2019)
Cara Membuat Bunga Kering Oshibana
Source: https://sayurankita.com/2019/04/26/aktivitas-kebun-ii-belajar-tentang-oshibana-dan-herbarium/